KEPAHLAWANAN DAN PERJUANGAN CUT NYAK DIEN MELAWAN BELANDA

KEPAHLAWANAN DAN PERJUANGAN CUT NYAK DIEN MELAWAN BELANDA. Cut Nyak Dien adalah seorang pahlawan nasional Indonesia dari Aceh yang terkenal karena perlawanan gerilya terhadap pasukan Belanda. Cut Nyak Dien lahir pada 12 Mei 1848 di Kesultanan Aceh Lampadang dari pasangan Teuku Nanta Setia merupakan seorang bangsawan dan panglima perang yang secara turun temurun menjabat sebagai Uleebalang VI Mukim di Kesultanan Aceh pada Abad 19 dengan puteri dari seorang Uleebalang Lampagar.
KEPAHLAWANAN DAN PERJUANGAN CUT NYAK DIEN MELAWAN BELANDA
Pada saat usia 12 tahun, Cut Nyak Dien dinikahkan dengan Teuku Ibrahim Lam Nga, putra tunggal dari Uleebalang Lamnga XIII pada tahun 1863. Cut Nyak Dien memperoleh pendidikan pada bidang agama dan rumah tangga di masa kecilnya. Ia memang dikenal sebagai gadis yang cantik jadi tidak heran jika kala itu ia disukai oleh banyak laki-laki.

Pada tahun 1873, Belanda menyatakan perang kepada Aceh. Dalam sejarahnya, Perang Aceh merupakan perang terlama yang dihadapi pemerintah kolonial Hindia Belanda, karena rakyat Aceh memiliki jiwa pantang menyerah dan menganggap peperangan tersebut sebagai bagian dari Jihad. Perang Aceh terbagi dalam empat fase yang berlangsung dari tahun 1873 sampai 1910. Cut Nyak Dien kehilangan suaminya saat tewas dalam serangan melawan pasukan Belanda pada tahun 1878. Akibat latar belakang ini Cut Nyak Dien menyatakan tekadnya untuk memerangi Belanda, Ia melakukan perlawanan dan kemudian menikah dengan Teuku Umar sesama pejuang Aceh pada tahun 1880.
KEPAHLAWANAN DAN PERJUANGAN CUT NYAK DIEN MELAWAN BELANDA
Potret Teuku Umar (Duduk/Tengah) Bersama para Bangsawan Aceh 

Dalam perlawanannya Teuku Umar sempat berpura-pura menyerah kepada Belanda untuk mendapatkan senjata dan perlengkapan sebelum kembali berjuang melawan mereka. Teuku Umar merupakan panglima perang yang sangat cerdik dan pandai bersiasat. Pernikahan keduanya menjadikan perlawanan rakyat Aceh menetang penjajah semakin tangguh. Pasukan Belanda berkali-kali berhasil dikalahkan di berbagai medan pertempuran. Bersama Teuku Umar, Cut Nyak Dien ikut bergerilya selama 20 tahun.

Demi melancarkan aksinya untuk menangkap Cut Nyak Dien dan Teuku Umar Belanda akhirnya mengirim unit Korps Marechaussee te Voet (Marsose), dimana unit ini dikenal susah ditaklukan oleh orang Aceh.Pasukan ini mengepung dan menewaskan Teuku Umar pada pada 11 Februari 1899 ketika melakukan penyerangan ke Meulaboh. Mengetahui ayahnya ditembak mati Belanda, Cut Gambang, putri Cut Nyak Dien dengan Teuku Umar, yang masih remaja menangis. Cut Nyak Dien kemudian menampar anak gadisnya sembari menasehati "Sebagai perempuan Aceh, kita tidak boleh menumpahkan air mata pada orang yang sudah syahid".
KEPAHLAWANAN DAN PERJUANGAN CUT NYAK DIEN MELAWAN BELANDA
Patroli Pasukan Marsose di sebuah wilayah di Aceh
KEPAHLAWANAN DAN PERJUANGAN CUT NYAK DIEN MELAWAN BELANDA
Marsose
KEPAHLAWANAN DAN PERJUANGAN CUT NYAK DIEN MELAWAN BELANDA
Korban keganasan para Marsose

Cut Nyak Dien pantang menyerah, terus melawan hingga tahun 1901. Cut Nyak Dien kembali melanjutkan memimpin pertempuran bersama dengan pasukannya yang tidak begitu besar. Karena iba dengan kondisi Cut Nyak Dien yang terus berjuang meski menderita penyakit rabun dan encok, anak buahnya yang bernama Panglot melaporkan keberadaannya kepada Belanda, tanpa sepengetahuan Cut Nyak Dien hingga membuatnya murka pada orang kepercayaannya tersebut.

Panglot memberitahukan lokasi Cut Nyak Dien kepada Belanda dengan syarat Cut Nyak Dien ditangkap namun diperlakukan dengan baik akhirnya Cut Nyak Dien tertangkap setelah dikepung Belanda dan diasingkan ke Sumedang Jawa Barat. Cut Nyak Dien ditahan bersama ulama bernama Ilyas dan ulama tersebut segera menyadari bahwa Cut Nyak Dien adalah ahli dalam agama Islam, hal tersebut membuat Cut Nyak Dien dijuluki dengan Ibu.
KEPAHLAWANAN DAN PERJUANGAN CUT NYAK DIEN MELAWAN BELANDA
Kondisi yang mengharukan saat Cut Nyak Dien ditangkap 
dan di asingkan di Sumedang Jawa Barat
Demikian Akhir kisah heroik dan memilukan Kepahlawanan dan Perjuangan Cut Nyak Dien. Tepat pada tanggal 6 November 1908 Cut Nyak Dien meninggal karena faktor usia yang telah tua, makam Cut Nyak Dien sendiri baru ditemukan pada tahun 1959 atas permintaan Gubernur Aceh kala itu Ali Hasan. Cut Nyak Dien sendiri baru diakui Presiden Soekarno sebagai pahlawan nasional Indonesia melalui SK Presiden RI Nomor 106 tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.
Share :
PreviousPost
NextPost

Author:

0 Comments:

Rekomendasi