SEBUAH RENUNGAN, MELENGKAPI IQ DENGAN EQ

melengkapi IQ dengan EQSEBUAH RENUNGAN, MELENGKAPI IQ DENGAN EQ. Daniel Goleman penulis buku 'Emotional Intellegence' mengatakan bahwa orang yang ber-IQ tinggi, tetapi EQ nya rendah, cenderung mengalami kegagalan yang lebih besar dibandingkan dengan orang yang IQ-nya rata-rata, tetapi EQ-nya tinggi. EQ atau Emotional Quotient adalah kemampuan seseorang untuk memahami apa yang dirasakan atau dipikirkan oleh orang lain.
Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan olah rasa atau hati dalam perilaku manusia sangatlah penting. Dengan kata lain, kepandaian, kecerdasan dan kepintaran bila tidak didukung dan diimbangi oleh kualitas moral manusia, akan menyebabkan tertutupnya mata hati atau rendah EQ.

Goleman menjelaskan bahwa kesuksesan kinerja manusia umumnya didukung oleh 85% EQ dan 15 % IQ. Peran EQ begitu signifikan sebab sebelum otak menentukan pelaksanaan sebuah tugas, ia akan menunggu komando dari hati. Oleh karena itu, bisa dibayangkan bila mata hati tertutup, otak akan bekerja tanpa tuntunan hati nurani.

Meskipun demikian, bukannya kita mengabaikan pentingnya IQ dalam pembinaan pemikiran, sikap dan perilaku manusia yang utuh. tetap perlu dikembangkan karena menyangkut pengetahuan dan ketrampilan manusia. Sementara EQ juga harus ditampilkan sebaik – baiknya, bahkan kalau perlu dilatih agar menjadi mitra kerja bagi IQ. Kita harus melengkapi IQ dengan EQ. Kita harus memegang teguh Prinsip "knowledge is power but character is more".

Bangsa Indonesia sebenarnya tidak kekurangan orang pandai, sejak jaman dahulu hingga sekarang. Tak usahlah kita bicara masa lalu atau para senior-senior, sekarang saja, tentunya masih segar dalam ingatan kita betapa tangguhnya adik – adik pelajar kita sekarang dengan seringnya menjadi juara olimpiade matematika, olimpiade fisika dan lain-lain, diberbagai perlombaan tingkat dunia. 

Potensi sumber daya manusia yang dimiliki bangsa ini sungguh luar biasa. Akan tetapi, mengapa keadaan bangsa dan negara kita tahun-tahun terakhir ini justru seolah tidak menampakkan kekuatan potensi tersebut?

Sejumlah pendapat mengatakan bahwa masalah yang dihadapi bangsa ini sesungguhnya tidaklah terletak pada masalah kepala (otak) atau IQ, melainkan pada masalah olah “rasa” yang tidak ditampilkan, atau, dengan kata lain, hati nurani. 

Ada Hadist Nabi yang mengatakan “Ada segumpal daging dalam diri manusia; kalau daging itu baik, maka baiklah seluruh tubuhnya, sedangkan kalau daging itu rusak, rusak jugalah seluruh tubuhnya. Segumpal daging itu tidak lain adalah hati”

Kaitannya dengan hadist ini “kerusakan” manusia terjadi tentunya karena hatinya kotor, sehingga sifat dasar yang diberikan ALLAH tidak bisa ditampilkan, apalagi ditumbuh kembangkan atau dibangun. Kita patut prihatin sebab korupsi yang merajalela itu tidak disebabkan dan dilakukan oleh orang – orang yang bodoh intelektualnya, melainkan oleh segelintir manusia Indonesia yang mempunyai akal, tetapi tidak diawasi atau dikendalikan oleh hati yang bersih.
Share :
PreviousPost
NextPost

Author:

0 Comments:

Rekomendasi