Mengapa masih sering terjadi bullying di dunia pendidikan?

Mengapa masih sering terjadi bullying di dunia pendidikan? Bullying di sekolah masih sering terjadi, kenapa? itu adalah pertanyaan kita bersama. Secara singkat dapat kita jawab, masih terjadinya bullying ditengah dunia pendidikan kita karena minimnya pengetahuan anak tentang akhlak, sehingga mengenai akhlak ini sebenarnya menjadi tugas orang tua dan lingkungan dimana anak tinggal.  Didikan orang tua itu yang utama, bagaimana menanamkan norma, etika, sopan santun, unggah-ungguh, empati, rasa saling menyayangi dan menanamkan interaksi serta berkehidupan sosial yang baik dengan sesamanya. Hal selanjutnya adalah bagaimana orang tua melindungi anak dari pengaruh-pengaruh yang tidak baik dari lingkungannya baik dari lingkungan rumah tangga hingga ke lingkungan masyarakat dimana dia tinggal.
Mengapa masih sering terjadi bullying di dunia pendidikan?
Jadi bisa dikatakan terjadinya bullying seseoang terhadap sesamanya sebenarnya salah siapa? tentu saja tidak semata-mata salah yang bersangkutan, dimulai dari orang tua sampai dengan lingkungan masyarakat dan pengawasan internal sekolah juga turut bertanggung jawab dengan masih maraknya bullying di dalam dunia pendidikan.

Bullying adalah segala bentuk tindakan penindasan/perundungan atau kekerasan yang dilakukan dengan sengaja oleh satu orang atau sekelompok orang yang lebih kuat atau berkuasa terhadap orang lain, dengan tujuan untuk menyakiti, mempermalukan secara psikologis dan dilakukan secara terus menerus, hingga berakibat terpengaruhnya korban bullying baik secara fisik maupun kejiwaan atau mental.
Setiap anak berhak atas kelangsungan hidup, tumbuh dan berkembang serta berhak atas perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi hal itu tercantum dan dijamin dalam dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28B ayat (2). Peraturan perundang-undangan tentang perlindungan anak telah banyak diterbitkan, namun implementasi yang terjadi di lapangan masih menunjukkan adanya berbagai kekerasan yang menimpa pada anak, salah satunya adalah korban bullying.
Sebenarnya banyak sekali jenis dan definisi mengenai bullying ini, bullying bisa saja terjadi di rumah, masyarakat, tempat kerja, komunitas virtual dan dunia maya. Dalam konteks yang lebih sempit dan mngkhawatirkan dan yang sedang marak dan menjadi perhatian kita adalah bullying yang terjadi di dunia pendidikan. Perilaku agresif dan perundungan teman sekolah terhadap sesama teman yang dianggap lemah, dengan melakukannya secara verbal serta psikologis adalah awal dari sifat-sifat agresor, sok kuasa, bukan hanya sebatas narsisme semata namun lebih jauh adalah bentuk dari tindakan yang dapat membahayakan fisik dan mental seseorang yang dapat berakibat fatal.
 
Pelaku memiliki rasa percaya diri yang tinggi dengan harga diri yang tinggi pula, cenderung bersifat agresif dengan perilaku yang pro terhadap kekerasan, tipikal orang berwatak keras, mudah marah dan impulsif, toleransi yang rendah terhadap frustasi. Memiliki kebutuhan kuat untuk mendominasi orang lain dan kurang berempati terhadap targetnya. Dengan melakukan bullying, pelaku akan beranggapan bahwa mereka memiliki kekuasaan terhadap keadaan. Jika dibiarkan terus menerus tanpa intervensi, perilaku bullying ini dapat menyebabkan terbentuknya perilaku lain berupa kekerasan terhadap anak dan perilaku kriminal lainnya.

Dampak dari Bullying sangat luar biasa. Dampak bullying dapat mengancam setiap pihak yang terlibat, baik anak- anak yang dibully, anak-anak yang mem-bully, anak-anak yang menyaksikan bullying, bahkan sekolah dengan isu bullying secara keseluruhan. Dampak dari bullying bagi korban akan mengakibatkan depresi dan marah, menjadi malas masuk sekolah sehingga menurunkan prestasi akademik korban, hingga menurunnya tingkat kecerdasan korban serta kemapuan analisis siswa korban bully. Bullying dapat membawa pengaruh buruk terhadap kesehatan fisik maupun mental anak. Pada kasus yang berat, bullying dapat menjadi pemicu tindakan yang fatal.

Bagi siswa sekolah lain yang menyaksikan bullying, jika bullying dibiarkan tanpa tindak lanjut dari fihak sekolah, maka para siswa lain yang menyaksikan saat itu dapat berasumsi bahwa bullying adalah perilaku yang diterima secara sosial. Dalam kondisi ini, beberapa siswa mungkin akan bergabung dengan penindas karena takut menjadi sasaran berikutnya dan beberapa lainnya mungkin hanya akan diam saja tanpa melakukan apapun dan yang paling parah mereka merasa tidak perlu menghentikannya.

Dalam hal ini Bullying dapat dikelompokkan ke dalam 6 kategori: 
  1. Kontak fisik langsung, yaitu tindakan bullying dengan melakukan pememukulan, mendorong, menggigit, menjambak, menendang, mengunci seseorang dalam ruangan, mencubit, mencakar, juga termasuk memeras dan merusak barang yang dimiliki orang lain. 

  2. Kontak verbal langsung. Dengan tindakan mengancam, mengintimidasi, mempermalukan, merendahkan, mengganggu, memberi panggilan nama (name-calling), sarkasme, merendahkan (put- downs), mencela/mengejek, mengintimidasi, memaki, menyebarkan gosip. 

  3. Perilaku non-verbal langsung. Melalui tindakan bahasa-bahasa tubuh yang merendahkan, melihat dengan sinis, menjulurkan lidah, menampilkan ekspresi muka yang merendahkan, mengejek, atau mengancam; biasanya disertai oleh bullying fisik atau verbal. 

  4. Perilaku non-verbal tidak langsung.Dengan cara mendiamkan seseorang, fitnah, memanipulasi persahabatan sehingga menjadi retak, sengaja mengucilkan atau mengabaikan, mengirimkan surat kaleng. 

  5. Cyber Bullying yaitu tindakan menyakiti orang lain melalui sarana media elektronik (rekaman video intimidasi, pencemaran nama baik lewat media sosial). 

  6. Pelecehan seksual. Tindakan pelecehan dikategorikan perilaku agresi fisik atau verbal.
Ada baiknya kekerasan dalam rumah tangga jangan sampai dilihat oleh anak, apapun itu terutama pertengkaran orang tua, bagi orang tua hindari tindakan represif terhadap anak. Tontonan tv dan media massa yang sering menampilkan adegan kekerasan juga dapat mempengaruhi tingkah laku kekerasan anak dan remaja. Serta lakukan pengawasan tehadap perilaku anak saat memegang gadget. Karena anak yang meiliki kontrol diri yang rendah cenderung akan menjadi pembully ketika sering diperlakukan tidak baik dalam rumah tangga.
Dalam hal ini fihak sekolah harus memberikan rasa aman bagi seluruh anak didiknya, sehingga semua merasa terlindungi oleh aturan yang jelas dalam pengawasan yang jelas, pihak keamanan sekolah harus rajin melakukan kontrol. Apabila hal ini tidak dipenuhi maka pelajar yang nakal akan bebas melakukan kontrol lingkungan menurut versinya dengan melakukan tingkah laku anti sosial seperti melakukan bully terhadap teman yang dianggapnya lemah atau yang dibencinya. Manajemen dan pengawasan disiplin sekolah yang lemah juga beresiko akan mengakibatkan munculnya bullying di sekolah. Ingat sekolah bukan hanya sekedar bangunan fisik, yang terpenting adalah bagaimana sekolah membangun manusianya.

Dimulai dari lingkungan keluarga, adalah penting bagi orang tua untuk menanamkan nilai-nilai keagamaan dan mengajarkan cinta kasih antar sesama. Senantiasa mendampingi anak dalam menyerap informasi utamanya dari media televisi, internet dan media elektronik lainnya. Mengajarkan etika terhadap sesama (menumbuhkan kepedulian dan sikap menghargai). Jangan pernah merasa berat untuk berikan teguran mendidik jika anak melakukan kesalahan. Dan yang paling penting adalah bangun komunikasi yang baik dalam keluarga, hindari kata-kata kasar dari orang tua, berikan suasana yang penuh kasih sayang sejak dini dengan memperlihatkan cara beinteraksi antar anggota keluarga secara baik dan normal.
Share :
PreviousPost
NextPost

Author:

0 Comments:

Rekomendasi