Influence : Gejala miripisme dalam sebuah lagu, semoga bukan Epigon atau Plagiat
Influence : Gejala miripisme dalam sebuah lagu, semoga bukan Epigon atau Plagiat. Entah duluan mana antara lagu 'All you need is Love' nya the beatles dengan lagu 'Dari sabang sampai Merauke?.

Terus terang saya menyukai the Beatles sejak awal umur belasan, namun kenyataan baru ngeh beberapa tahun kemudian, ternyata opening/ intro lagu 'All You Need Is Love' sangat plek persis dengan bait awal lagu 'Dari Sabang Sampai Merauke',.


Atau mungkin lagu 'Dari Sabang Sampai Merauke' menjiplak duluan anthem nya Perancis 'La Marseillaise' lagu kebangsaan Perancis? Silahkan anda cari deh di Youtube, karena anthem perancis ini sudah ada sejak 1800an. 

Entahlah, teka-teki saya kemudian mengarah pada sebuah lagu jadul 'Surat Undangan' nya Diah Iskandar kok mirip lagu 'I'll Be There' nya 'The Jackson Five' yang dilantunkan Michael Jackson kecil.

Kalau dirunut kedua lagu tersebut mempunyai progresi chord yang sama dan pola melodi yang sama pula. Orang awam seperti sayapun segera bisa tahu dan merasakan kesamaan pada kedua lagu tersebut. Kalau dirunut segi usia, 'Surat Undangan' lebih dulu tercipta, yaitu di awal tahun 1960-an, sementara 'I'll Be There' diciptakan di awal tahun 1970-an.  Lalu siapa menjiplak siapa? Tapi tunggu dulu ya gaan...

Jauh sebelum terciptanya kedua lagu tersebut adalah Carl Czerny (1791--1857), komponis dan pianis berkebangsaan Austria, yang banyak membuat nomor-nomor untuk studi piano. Salah satunya adalah Studi Piano Czerny Opus 299 Nomor 7 yang ternyata baik progresi chord maupun melodinya sangat mirip dengan lagu 'Surat Undangan dan 'I'll Be There' tadi.   


Buku-buku Studi piano Czerny tersebar keseluruh dunia (termasuk Indonesia) dan menjadi acuan murid–murid piano sampai sekarang.  Jadi,  ya silahkan anda simpulkan sendiri, saya ngga berani 😁

Bukan rahasia lagi gejala miripisme dalam lagu memang tidak terelakkan, bukankah kita hidup di bumi yang sama, apalagi di era globalisasi seperti sekarang,  siapa yang menganut falsafah miripisme cepat atau lambat pasti ketahuan, karena persoalan seperti ini begitu mudahnya dirunut sesuai tanggal rilis. Mungkin tidak sama seperti teka-teki duluan mana antara telur ayam dan induk ayam, cukup duluan mana lagu tersebut dipublikasikan. 

Bisa jadi kemiripan tersebut juga secara tidak sengaja kan? Ingat not cuma ada 7 (tujuh) tapi temennya banyak ya? 😁 Rasanya kasihan dan tidak fair kalau kita langsung men-judge si Anu jiplak lagunya si Anu.

Saya sendiri berusaha netral hanya sebatas celoteh untuk membuka wawasan saja. Tak bisa dipungkiri musisi Indonesia atau katakanlah banyak band-band besar Indonesia yang terinfluence dari band negara beling sana.
 
Sebutlah 'Nidji' yang vokalisnya pada awal karir begitu fasih berolah gaya 'petik buah mangga' ala Chris Martin, vokalis 'Coldplay' (gerakan tangan nya itu coba lihat deh😆). 

Untung Giring 'tidak' ikut-ikutan 'meludah' sebelum menyambar mike-nya ya ring.., jan saru lan ora pantes tenan untuk budaya kita, untung kamu ngga melu-melu. 

Dan menurutku ini sih masih dalam batas kewajaran kok, wong yang punya gaya asli aja ngga ngga protes kok, justru senang kali ya ring, gayanya kamu ikuti.

Atau sebut saja SID kalo anda fasih ngulik Green Day walllaaah beat-beat yang dimainkan ngga jauh-jauh banget, juga aksi panggungnya. Jelaslah Green Day adalah 'influence' nya Superman Is Death. 

Begitulah SID, kenyataan mereka telah turut meramaikan gempita rock tanah air album-albumnya banyak menyita penggemar musik rock tanah air. Bahkan di Bali, di atas panggung mereka menjadi band favoritnya para turis-turis bule yang sedang berlibur disana, hehe.

Yang relatif baru ada 'Changcuters', rock'n roll ala Barudak Bandung ini tak diragukan lagi Rolling Stones banget dalam segala hal. 


Dengar lagunya 'I love U beibeh' pasti mengingatkan kita pada  'Honky Tonk Woman", walaupun ngga persis-persis amatlah. Telinga ini masih toleran banget, begitu juga tampilan personelnya yang mengambil konsep retro yang RS banget, oldies celana ketat mirip bungkus lepet alias lontong, sampai-sampai yang makai mirip walang kekek 😁. Tapi harus kita akui, mereka sangat kreatif.

Kasus ini juga terjadi pada 'Sheila on 7' cah lima (5) dari Jogja ini sempat jadi idola yang sebenarnya di era pertengahan 90an sampai 2000an, karirnya meroket, lagunya cespleng tak ada yang memungkirinya, kala itu aku yang sudah bukan ABG lagi pun ikut-ikutan suka sama ini band.


Group ini sepertinya terinfluence dari band Oasis, Gitaris Eross Chandra sendiri sempat mengakui kalau mereka merupakan fans berat dari Oasis. Beberapa lagunya biar ngga persis tapi mirip, sepertinya sedikit terpengaruh warna Oasis. Sebut saja lagu 'Temani Aku' dengan (She’s Electric),  'Tunggu Aku Di Jakarta' dengan (Champagne Supernova).

Meski demikian menyamakan SO7 dengan Oasis, mungkin sebuah pendapat yang kurang fair, SO7 tetaplah SO7 jelas beda dengan Oasis. Apalagi Sheila On 7 sangat ditunjang oleh warna vokal yang sangat khas, hanya milik Duta saja di dunia ini.

Masih banyak deh kalau mau disebutkan satu-persatu, Saint Loco lebih mirip Linkin Park, J-Rock agak parah nih sama 'Laruku', Netral jelas influnce nya Blink 182 walaupun patut diacungi jempol Netral perlahan lepas dari Blink 182, akhirnya menemukan soundnya sendiri gahar dan lugas. 

Kemudian ada Peterpan,  anda akan dibawa untuk menikmati riff-riff  lagu yang terdengar dinamis, simple-riang, kadang mendayu, kadang gelap.  Tak perlu rumit-rumit, tak perlu solo gitar yang panjang dan njlimet, konsep  musiknya simple mirip The Cranberries. Coba dengarkan lagu Mimpi Yang Sempuna, lalu dengarkan Animal Instict .


Dengar pula 'Gadis Extravaganza' nya Boomerang, apakah beatnya mirip 'Welcome to The Jungle' nya Guns'n Roses? Lihat juga tampilan John Paul Ivan Gitaris Boomerang, tapi untunglah permainannya memang cukup bagus, meskipun sama-sama menggunakan Gibson Les Paul, Ivan menawarkan sound yang berbeda dari Slash. 


Menyamakan warna vokal Roy Jeconiah dengan Axl Rose adalah sebuah kebodohan juga, mereka berdua sangat berbeda, suara Roy Berat serak dan berkarakter, sementara vokal Axl melengking tinggi, memang Boomerang bukanlah GNR.

Begitu juga dengan band-band besar lainya semacam Dewa 19, begitu terinspirasi dengan Queen, dengar lagu 'Cemburu' misalnya, lalu dengarlah suara gitar lagu 'Killer Queen' nya Queen.

Yang mengherankan adalah justru kasus kemiripan Dewa 19 ini menjadi semakin kental dengan Queen adalah setelah Dewa19 terkenal dan cukup matang berkiprah di dunia musik tanah air.

Bisa saja Ahmad Dhani sedang bereksplorasi atau jenuh sehingga tampak memaksakan diri menyuruh Andra untuk menjadi Brian May, hahahaha. Namun demikian pada kenyataan Dewa 19 tetaplah Dewa 19, referensi bermusiknya memang sangat beragam. Jangan hanya karena selagu dua lagu mirip lantas anda men-judge menjiplak, lebih tepat kalau menggunakan istilah 'terinspirasi'.

Kasus miripisme juga terjadi pada band Gigi? secara tak sengaja, ketika saya semakin menyukai aransemen lagu 'Tuhan' ciptaan Bimbo yang di daur ulang di album religi Raihlah Kemenangan, kok lama-lama aransemennya terdengar mirip dengan lagu 'Kashmir' nya Led Zeppelin.  Ya sudahlah ngga masalah sih, wong ngga sama persis kok.

Edane? Kampiun heavy metal anak negeri ini digawangi oleh Eeet Syahrani & Ekky Lamoh pada awal berdirinya. Format band ini tak lepas dari sound Eet Syahrani pada instrumen shredder gitarnya.

Ciri khas musik yang di usung Edane merupakan pengaruh kental beat monoton tak-duk tak-duk dan keliaran dari AC/DC serta kejeniusan Van Halen dalam meramu  sound guitar section. 

Ya, warna musik Edane adalah perpaduan warna heavy metal pekat dari Van Halen dan AC/DC serta ramuan mujarab warna musik Edane sendiri tentunya. Ada yang unik dengan Edane, meski bergonta-ganti vokalis, Edane tidak pernah merasa ribet harus mengganti atau merubah sedikitpun warna musiknya, karena sejatinya Edane adalah dominasi sound gitar Eet.

Kita bisa dapati dalam beberapa lagu Edane, nuansa sound gitar Eddie Van Halen tampak begitu pekat. Begitupun dengan pengaruh Angus Young AC/DC, sebagai contoh silahkan anda simak saja lagu Edane "Rock On", kemudian dengar lagu "Hard As a Rock" AC/DC, saya kira Eet hanya mempercepat temponya saja, kemudian ditengah-tengah lagu Rock On, menjadi lagu yang berbeda dari Hard As A Rock. 

Sementara itu dilapis veteran ada 'Koesplus', jelas mereka di awal karir terinspirasi oleh 'the Beatles' bahkan mereka sempat dipenjarakan Bung Karno yang anti imperialis, karena Koesplus nekad dengan pedenya membawakan lagu 'ngak ngik ngok'. Susah sih kalau musik dikaitkan dengan politik.

Toh pada akhirnya Koesplus bukanlah the Beatles, sudah tidak mirip lagi. Terasa semakin lama lagu-lagu Koesplus dalam perjalanan albumnya semakin terasa lebih membumi dengan lirik-lirik bahasa Indonesia yang bersahaja. Apalagi konsep bermusik Koeplus menganut multi genre, tak pernah terpaku pada satu genre. Kadang sangat rokenrol, kadang bisa keroncong, melayu, bahkan lagu jawa dangdut dan gambus.


Kenyataan dalam waktu yang panjang Koesplus diakui menjadi pioneer dan turut membuat perubahan iklim baru dalam haru biru dunia musik tanah air. Buat Koesplus saya punya lagu istimewa yang sangat aku sukai sampai sekarang, 'Jemu' dan 'Kembali' itu keren banget gan.

Di jalur hardrock ada legenda hidup Rock tanah air, 'GodBless', band ini sangat terinspirasi oleh 'Genesis' 'Kin Ping Meh' dan tentu saja 'Deep Purple'. Meski sudah menjelang kakek-kakek aku tetap cinta berat dengan group ini. Coba dengarkan lagu 'Musisi' orisinil banget.
Godbless termasuk band rock pioneer Indonesia yang terlalu lama terjebak sebagai band cover version meski sudah memiliki 2 buah album 'Godbless' 1975 dan 'Cermin' 1980. Sejak resmi berdiri dan mengganti namaya menjadi Godbless, mereka sangat eksis di dunia panggung rock tanah air di tahun 70an dengan membawakan lagu-lagu band barat. Rupanya mereka terlalu keasyikan dengan kebiasaan ini.

Hingga era 1980'an dalam konser-konsernya masih kedapatan Godbless membawakan lagu-lagu dari band barat yang menjadi inspirasinya. Namun seiring waktu, komitmennya tampak jelas setelah mengeluarkan album 'Semut Hitam' 1988. Warna musiknya lebih kental dengan suasana hardrock full distorsi.

Sejak album ini Godbless mulai meninggalkan kebiasaan membawakan lagu karya-karya orang lain. Bahkan album ini dipercaya sebagai 'trigger album' yang merangsang hulu ledak gempita musik rock tanah air setelah sekian lama redup dan mati, kemudian bangkit di tahun 1990an.

Tentu saja gejala miripisme ini juga terjadi pada lagu Dangdut. Justru lagu dangdut dipercaya memiliki jumlah lagu yang paling banyak dari segi miripisme dan jiplak-menjiplak.

Bisa dipastikan sepuluh jari tanganmu plus jari kakimu plus jari-jari temanmu pun tak cukup buat menghitung bahwa lagu dangdut banyak yang menjiplak tumplek plek dengan lagu dari India, entah ijin entah engga.

Mungkin menjadi PR yang panjang bagi penerus genre dangdut ini untuk merubah stigma negatif selama ini. Bukan masalah miripismenya saja, terlebih pada masalah norma dan estetika serta tanggung jawab individu untuk menghilangkan kesan selama ini bahwa dangdut hanyalah sekedar musik goyang seronok dengan kostum pating klewer dan pating pecotot tanpa sensor di panggung hiburan rakyat yang kadang ditonton oleh anak-anak.
Revolusi musik dangdut yang di populerkan oleh Soneta-nya bang Haji Rhoma Irama, patutlah kita berikan apresiasi, dimana diawal karir kita akan banyak mendengar sound gitar, keyboard dan beat-beat yang membawa kita teringat dengan warna musik Deep Purple. 

Coba simak dan dengar lagi lagu-lagu jadul milik Soneta semisal 'Santai' 'Keramat' 'Ghibah' dll, terdengar suara-suara keyboard/piano Hammond dan Gitar Fender Stratocaster dipadu dengan kendang, serta suling bambu, lumayan dahsyat, kreatif dan top habis pada waktu itu.

Bahkan seiring waktu berjalan dengan warnanya sendiri grup Soneta dan bang haji menambahkan brass section alias alat musik tiup untuk memperkaya warna musiknya.

Miripisme dalam sebuah karya sebenarnya bukanlah sesuatu yang terlalu kita risaukan, sejauh itu hanya terinspirasi dan masih jauh dari kaidah melakukan plagiasi atau menjiplak.  Bahkan Band-band besar ataupun penyanyi negara beling sanapun, kasus seperti ini juga jamak terjadi. Ga percaya? yuk dengerin "Party doll' nya Mick Jagger yang sebagian nada dan cengkoknya diambil dari lagu "Hidup yang Sepi"nya Koes Plus

Stay wise dan tetap enjoy ya, salam hangat sudah mampir di blog jelek ini.
Kla Project Menjemput Impian
Kla Project adalah sebuah legenda di tengah musik Indonesia, yang mungkin sedang terpuruk terjerembab dalam irama menye-menye, panggung lipsynch diparkir mall dengan sepasukan alay merayap dibibir panggung.

Rekomendasi