Postur Kekuatan Militer Refleksi dari Kekuatan Negara

Jujur saja kita patut miris dan was-was dengan kondisi Alutsista militer kita saat ini belum lama berselang pada Rabu 20 Mei 2009 lalu Indonesia harus berduka atas jatuhnya pesawat Hercules C-130 milik TNI AU di Magetan yang menewaskan 99 orang, disusul kemudian dengan jatuhnya helikopter jenis NBO-105 pada Senin 8 Juni 2009 yang menewaskan 3 orang Prajurit Kopassus dan 2 orang lainnya dalam keadaan kritis, 3 orang perwira dengan jabatan strategis di satuannya tewas. 


Berikut adalah daftar pesawat militer jatuh berguguran sepanjang tahun 2008 hingga tahun 2009 :

1. Tanggal 7 Januari 2008, helikopter Twin pack F 58 militer jatuh di perkebunan sawit Pelelawan Riau, 1 orang tewas.

2. Tanggal 11 Maret 2008, helikopter jenis Bell - 47 G Soloy jatuh di Subang Jabar, 1 orang tewas dan 1 orang luka berat.

3. Tanggal 26 juni 2008 Pesawat Cessna 212 TNI AU jatuh di bukit Tegal Lilin (kaki gunung Salak) Bogor 18 orang penumpang semuanya tewas.

4. Tanggal 6 April 2009, pesawat Fokker 27 TNI AU menabrak gedung Divisi ACS PT.DI di bandara Husein Sastranegara, 24 orang awak dan penerjun Paskhas TNI AU tewas.

5. Tanggal 20 Mei 2009 pesawat Herkules C-130 A-1325 jatuh di Magetan Jatim membawa 98 penumpang dan 14 awak mengakibatkan 102 orang tewas.

6. Tanggal 8 Juni 2009 helikopter jenis NBO-105 jatuh di Pagelaran, Pangalengan Cianjur Selatan Jabar, menewaskan 3 orang Prajurit Kopassus dan 2 orang lainnya dalam keadaan kritis.

Bisa kita renungkan lebih mahal mana biaya mendidik puluhan prajurit ( yang menjadi korban ) dari 0 tahun berkarir hingga puluhan tahun berdinas beserta pengalaman, ilmu dan keterampilannya daripada membiayai Alutsista kita? Sampai sejauh mana kita lebih menghargai nyawa prajurit dari pada memodernisasi Alutsista dengan resiko pengeluaran anggaran yang lebih besar ?

Perhatian Pemerintah dan elite politik terhadap pembangunan kekuatan negara semakin menurun dari tahun ketahun. Itu tercermin dari alokasi anggaran pertahanan Indonesia yang semakin merosot, dari sekitar 29% Produk Domestik Bruto pada 1970 menjadi hanya 0.6% PDB ( tidak ada 1% nya! ) pada tahun 2009 ini. Tidak mengherankan jika ada pengamat militer luar negeri kemudian mengatakan bahwa Indonesia dikategorikan sebagai Negara tidak berkemampuan finansial untuk modernisasi Alutsista.

Memang wacana intelektual seputar anggaran pertahanan selalu mentok dengan alasan bahwa tidak ada anggaran untuk memodernisasi kekuatan militer. Kita bisa memaklumi, karena semua pemerintahan pasca Orde Baru berkonsentrasi dalam bidang pendidikan, kesehatan dan kesejahteraan rakyat. Kita menaruh harapan anggaran militer segera disesuaikan dengan porsinya.

Didalam Buku putih Pertahanan Negara Indonesia 2003 mengatakan bahwa Indonesia tidak akan menghadapi ancaman militer dalam jangka waktu 20 tahun mendatang. Namun demikian, apakah kita tidak perlu membangun postur TNI yang kuat dan modern? Padahal para tetangga kita terus memodernisasi kekuatan militernya. Bukankah mereka juga tidak mengidentifikasi adanya ancaman yang bersifat militer dalam waktu dekat? Ironisnya militer tetangga kita yang katanya serumpun yang santun, ternyata tidaklah ramah, sumeh dan bersahabat bahkan sebaliknya, jauh semakin sombong menampakkan kearoganan militernya yang terus menerus memprovokasi kita di kawasan Blok Ambalat. Data menunjukkan hanya dalam rentang 1 bulan saja ditahun 2009 ini, militer malaysia telah melakukan pelanggaran berkali-kali, tercatat pada:

1. Tanggal 25 s.d 29 Mei 2009 kapal perang malaysia KD-3508 masuk ke perairan Indonesia di blok Ambalat lebih dari 11 kali hingga 12 mil dari garis perbatasan, tetapi berhasil dihalau oleh kapal patroli Indonesia.

2. Tanggal 30 Mei 2009 Kapal perang malaysia jenis Fast Atack Craft KD Baung 3509 terdeteksi radar KRI Untung Surapati-872 di perairan Ambalat. Kapal ini masuk wilayah Indonesia hingga 7,3 mil laut.

Pemerintah Indonesia sudah melakukan protes 36 nota protes mengenai pelanggaran wilayah Ambalat oleh malaysia. Pertama kali pada tahun 1980 dan terakhir belum lama ini pada tanggal 5 Juni 2009.

Terus terang saja dari kaca mata awampun, itu adalah sebuah ancaman bahkan ancaman terhadap kedaulatan negara yang serius. Ancaman dapat dianalisis dari fakta lingkungan internasional, regional dan nasional yang berkembang, serta prediksi masa depan yang akurat selaras dengan cepatnya perubahan dunia. Gangguan dan ancaman terhadap negara berpotensi muncul setiap waktu, baik pada waktu perang maupun damai dan kondisi ancaman dewasa ini semakin meningkat, kompleks, random dan seringkali bersifat laten di era globalisasi dewasa ini.

Setelah Orde Baru, kita sudah berkomitmen TNI memiliki tugas utama melindungi kedaulatan Negara dari ancaman negara lain (eksternal), sedangkan urusan keamanan internal adalah tugas Polri. Konsekuensinya kita harus melengkapi Alutsista TNI dengan kapabilitas yang memadai guna menjalakan tugas dan kewajibannya mempertahankan Negara, melindungi rakyat, dan menjaga kepentingan nasional. Ingat, kekuatan negara sendiri di negara manapun pada dasarnya tidak bisa ditolak selalu dipengaruhi kekuatan militer. Dengan demikian efektifitas kekuatan militer menjadi masalah penting. Mudah-mudahan siapapun pemimpin negeri ini nanti dan seterusnya, dapat meningkatkan lagi perhatiannya pada masalah ini secara berkesinambungan, karena ada korelasinya pada masalah harga diri bangsa.

Bukannya pemerintah saat ini tidak berbenah, dengan segala keterbatasan anggaran kita hargai pemerintah saat ini sudah berupaya dengan tulus untuk memperbaiki Alutsista TNI, diantaranya melalui program mandiri dengan menggandeng dari beberapa mitra strategis antara lain dengan PT. Pindad, PT. PAL, LIPPI, LAPAN, LEN, PT. Dirgantara, PT. Dahana. Diharapkan dengan program mandiri ini akan mejadi suntikan segar bagi TNI karena beberapa Alutsista produk mereka sudah operasional di tingkat Satuan pemakai (batalyon), (baca disini) keuntungan program ini tentu saja bebas dari embel-embel politik luar negeri dan bebas embargo. Ada juga angin segar berita dari surat kabar Media Indonesia hari Selasa (9 Juni 2009) bahwa dari Ketua Komisi I DPR memastikan, Komisi Bidang Pertahanan sudah menyetujui kenaikan anggaran TNI sebesar Rp 10 triliun pada APBN 2010 untuk mendukung pendidikan dan latihan, perawatan Alutsista dan pengadaan Alutsista baru. Semoga terealisasi, sikat ekspansionis gaya baru, hidup TNI, hidup Indonesia !!.
Share :
PreviousPost
NextPost

Author:

4 komentar:

  1. uff...jatuh lagi..yang di Atang sanjaya...please deh,turut berduka cita yg sedalam-dalamnya..dukamu duka kita

    BalasHapus
  2. semua berduka., tapi semua juga hanya berduka....
    lantas apa yang selanjutnya dilakukan???? apakah hanya cukup berduka saja?!!!

    BalasHapus
  3. tenang bro pemerintah udah naikin anggaran TNI sebesar 10 triliun pada APBN 2010..ntar bakalan banyak alat baru..kita dukung dengan optimis ok..:D

    BalasHapus
  4. belum perang... udah kalah...

    BalasHapus

Rekomendasi